Monday, April 14, 2014

Banjarmasin Bukan Kota Seribu Sungai

Banjarmasin adalah kota dengan julukan seribu sungai. Bayangannya kota penuh dengan liukan garis air atau bahkan menginjakkan kaki di kota ini kaki akan selalu basah. Dia adalah kota yang memiliki permukaan tanah dibawah permukaan air laut. Lalu pertanyaannya bagaimana sungai mencapai seribu namun nyatanya kota ini tak memiliki daratan. Jangan tanya berapa banyak jumlah nyamuknya.

Banjarmasin berada di selatan Borneo. Lokasinya dekat pantai. Pantai yang berada disekitar khatulistiwa namun berada di bagian barat Indonesia. Artinya apa? Pantai bagian barat Indonesia dekat dengan khatulistiwa sifatnya berlumpur. Tidak akan ditemui pasir putih dan laut biru. Yang ada adalah lumpur dan laut cokelat. Dengan kata lain, tumpukan lumpur selama ratusan tahun membentuk suatu kawasan semi daratan sehingga terbentuklah lahan rawa. Tapi ini tidak bisa dijadikan pedoman bahwa pembentukan lahan rawa dari lumpur laut. Tetapi sedikit banyaknya memiliki pengaruh besar terhadap lahan rawa di Banjarmasin.

Dua aliniea di atas hanya memperkenalkan bahwa Banjarmasin adalah rawa.

Seperti di jelaskan pada judul entri yang lain mengenai sistem tata air. Saya tidak akan bercerita banyak tentang sistem tata air. Saya hanya ingin memberitahu analisa saya selama 2 tahun berdomisili di Banjarmasin bahwa kota ini adalah kota yang dulunya melakukan sistem pertanian dengan menggunakan sistem tata air anjir. Hanya ada 1 sungai besar (Sungai Barito), dan beberapa sungai standar (Sungai Martapura dan anaknya), jadi jauh banget dari kata 1000.

Tapi jangan salah, ada beberapa orang peneliti mencoba menghitung jumlah sungai dalam kota ini. Hasilnya fantastis, sekitar 700an. (Data ini berasal dari cerita dosen, 2013).

Selanjutnya mari kita jawab mengapa hingga sebanyak itu. Ada beberapa alasan yang menurut saya mengapa menjadi sebanyak itu.
1. Sungainya masih dalam DAS yg sama namun tiap km nya tiap tempat beda namanya.
2. Sistem tata air untuk persawahan dibuat oleh petani zaman dulu di Banjarmasin dengan membuat saluran yang kemudian saluran itulah yang dianggap orang awam sungai. Sistem tata air inilah yang banyak menghasilkan sungai-sungai baru. (Saluran primer, sekunder, dan tersier).
3. Karena transportasi darat tidak memungkinkan di daerah rawa sehingga orang zaman dulu mencipatakan transportasi air (membuat lebih dalam daerah rawa agar perahu dapat lewat dengan mudah tanpa hambatan).
4. Maccadam belum menemukan jalan batu dan aspal sehingga transportasi darat sulit untuk daerah rawa.

Dari 4 teori yang saya buat, hal inilah yang menjadikan jumlah sungai di Banjarmasin sangat banyak.

Tapi di tahun 2014 ini jumlah sungai di Banjarmasin hanya beberapa (Sungai Barito, Martapura, Miai, Bilu, Andai dan beberapa yang lainnya).

Mengapa itu bisa terjadi?

Lemahnya pengamanan pemerintah akan pentingnya sungai di Banjarmasin.
1. Penduduk dibiarkan membangun rumah, pertokoan, pasar, bahkan pos polisi di atas sungai.
2. Aliran air sungai banyak yang mati, airnya bau tak terkira, dan tak dipedulikan.
3. Lebih mementingkan pembangunan transportasi darat daripada transportasi air (membiarkan jati diri Banjarmasin hilang).
4. Sistem AMDAL di setiap pembangunan proyek yang secara teori sangat bagus, namun kenyataannya nol besar.



Jadi sebagai warga Banjarmasin, jangan bangga punya julukan Kota Seribu Sungai. Punya 25 aja masih meragukan.

Salam dari Orang Banjar

No comments:

Post a Comment

Bahan ini kutipan dari berbagai sumber, ada yang dari buku dan ada pula dari internet. (Mudah-mudahan ilmu yang dibagikan ini menjadi amalan yang bisa diteruskan sepanjang masa).
Buat semua anak sipil dan pekerja sipil bidang sumber daya air, bisa kasih komentarnya yang bermanfaat...