Monday, September 1, 2014

Satu Rumah Satu Pohon

BANJARMASIN PANAS

Seandainya saja pemerintah Banjarmasin mencanangkan program "Satu Rumah Satu Pohon", saya yakin Banjarmasin akan menjadi kota asri, damai, dan menyenangkan. Julukan "Kota Seribu Sungai" dapat dikembangkan menjadi "Kota Hutan Seribu Sungai".

Adapun penjabaran dari program "Satu Rumah Satu Pohon" adalah sebagai berikut.
Mewajibkan warga Banjarmasin:

  1. Halaman rumah dengan kategori "kecil" minimal menanam 1 pohon kecil, baik ditanam langsung di permukaan tanah ataupun dengan menggunakan media pot atau sistem hidroponik.
  2. Halaman rumah dengan kategori "sedang" minimal menanam 1 atau 2 pohon, dengan langsung ditanam di permukaan tanah.
  3. Halaman rumah dengan kategori "besar" minimal menanam sesuai dengan jumlah penghuni rumah, dengan langsung ditanam di permukaan tanah. Contoh: Apabila di rumah A terdiri dari 4 orang penghuni maka wajib bagi pemilik rumah minimal menanam 4 pohon di halam rumahnya.
Untuk kategori rumah berhalaman kecil:  <  2 x 2 m
Untuk kategori rumah berhalaman kecil:  <  4 x 4 m
Untuk kategori rumah berhalaman kecil:  >  4 x 4 m

Sumber Foto: http://komputerpengetahuan-dede.blogspot.com/2013/06/kota-banjarmasin.html

Begitupula untuk bangunan lain, khususnya untuk bangunan ruko, perkantoran, sekolah, hotel, pusat perbelanjaan, dsb. Harus memiliki sifat "green face".

Alangkah baiknya langkah awal dari program ini pemerintah menyumbangkan sekian ribu bibit pohon untuk ke seluruh warga Banjarmasin, yang selanjutnya dilanjutkan oleh warga Banjarmasin itu sendiri.

Selain program penanaman pohon, pemerintah juga harus melarang keras kepada warganya untuk mencor halaman rumahnya dengan bahan yang tidak serap air. Paling tidak menyisakan lahan agar ada air serapan di halaman rumahnya.

Hal yang lebih penting adalah tata kota Banjarmasin paling tidak setiap jengkalnya di tanami pohon. Alangkat teduhnya kota Banjarmasin apabila hal ini dapat terlaksana dengan baik dan didukung oleh warga Banjarmasin itu sendiri.



Monday, April 14, 2014

Banjarmasin Bukan Kota Seribu Sungai

Banjarmasin adalah kota dengan julukan seribu sungai. Bayangannya kota penuh dengan liukan garis air atau bahkan menginjakkan kaki di kota ini kaki akan selalu basah. Dia adalah kota yang memiliki permukaan tanah dibawah permukaan air laut. Lalu pertanyaannya bagaimana sungai mencapai seribu namun nyatanya kota ini tak memiliki daratan. Jangan tanya berapa banyak jumlah nyamuknya.

Banjarmasin berada di selatan Borneo. Lokasinya dekat pantai. Pantai yang berada disekitar khatulistiwa namun berada di bagian barat Indonesia. Artinya apa? Pantai bagian barat Indonesia dekat dengan khatulistiwa sifatnya berlumpur. Tidak akan ditemui pasir putih dan laut biru. Yang ada adalah lumpur dan laut cokelat. Dengan kata lain, tumpukan lumpur selama ratusan tahun membentuk suatu kawasan semi daratan sehingga terbentuklah lahan rawa. Tapi ini tidak bisa dijadikan pedoman bahwa pembentukan lahan rawa dari lumpur laut. Tetapi sedikit banyaknya memiliki pengaruh besar terhadap lahan rawa di Banjarmasin.

Dua aliniea di atas hanya memperkenalkan bahwa Banjarmasin adalah rawa.

Seperti di jelaskan pada judul entri yang lain mengenai sistem tata air. Saya tidak akan bercerita banyak tentang sistem tata air. Saya hanya ingin memberitahu analisa saya selama 2 tahun berdomisili di Banjarmasin bahwa kota ini adalah kota yang dulunya melakukan sistem pertanian dengan menggunakan sistem tata air anjir. Hanya ada 1 sungai besar (Sungai Barito), dan beberapa sungai standar (Sungai Martapura dan anaknya), jadi jauh banget dari kata 1000.

Tapi jangan salah, ada beberapa orang peneliti mencoba menghitung jumlah sungai dalam kota ini. Hasilnya fantastis, sekitar 700an. (Data ini berasal dari cerita dosen, 2013).

Selanjutnya mari kita jawab mengapa hingga sebanyak itu. Ada beberapa alasan yang menurut saya mengapa menjadi sebanyak itu.
1. Sungainya masih dalam DAS yg sama namun tiap km nya tiap tempat beda namanya.
2. Sistem tata air untuk persawahan dibuat oleh petani zaman dulu di Banjarmasin dengan membuat saluran yang kemudian saluran itulah yang dianggap orang awam sungai. Sistem tata air inilah yang banyak menghasilkan sungai-sungai baru. (Saluran primer, sekunder, dan tersier).
3. Karena transportasi darat tidak memungkinkan di daerah rawa sehingga orang zaman dulu mencipatakan transportasi air (membuat lebih dalam daerah rawa agar perahu dapat lewat dengan mudah tanpa hambatan).
4. Maccadam belum menemukan jalan batu dan aspal sehingga transportasi darat sulit untuk daerah rawa.

Dari 4 teori yang saya buat, hal inilah yang menjadikan jumlah sungai di Banjarmasin sangat banyak.

Tapi di tahun 2014 ini jumlah sungai di Banjarmasin hanya beberapa (Sungai Barito, Martapura, Miai, Bilu, Andai dan beberapa yang lainnya).

Mengapa itu bisa terjadi?

Lemahnya pengamanan pemerintah akan pentingnya sungai di Banjarmasin.
1. Penduduk dibiarkan membangun rumah, pertokoan, pasar, bahkan pos polisi di atas sungai.
2. Aliran air sungai banyak yang mati, airnya bau tak terkira, dan tak dipedulikan.
3. Lebih mementingkan pembangunan transportasi darat daripada transportasi air (membiarkan jati diri Banjarmasin hilang).
4. Sistem AMDAL di setiap pembangunan proyek yang secara teori sangat bagus, namun kenyataannya nol besar.



Jadi sebagai warga Banjarmasin, jangan bangga punya julukan Kota Seribu Sungai. Punya 25 aja masih meragukan.

Salam dari Orang Banjar